Layaknya operasi kejahatan, banyak kode buat menyembunyikan transaksi gelap di gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Kode ini umumnya hanya bisa dipahami sesama anggota Dewan-walau orang lain sebenarnya bisa menduga maknanya.
Kode antar anggota Dewan:
- "Gini-gini aja nih?" (diucapkan kalau tak ada tanda bakal ada kucuran uang.)
- "Lagunya apa, Bagimu Negeri?" (-ditanyakan sebelum proyek: ada uang atau tidak. Bagimu Negeri merujuk pada proyek yang tak berduit karena bait dalam lagu itu berbunyi "Kami mengabdi...")
- "Kok puasa terus, kapan bukanya?" (-diucapkan kalau tak ada tanda bakal ada kucuran uang.)
- "Hitungannya jago, tambah-tambahan hebat, tapi membaginya kurang pintar..." (-menyindir pejabat yang tak pernah membagi duit.)
- "Mana nih air zamzam-nya?" (-menanyakan kucuran uang.)
- "Berapa meter kirimannya?" (-meter dipakai menggantikan kata "miliar")
- "Kok kuenya pahit, kurang manis nih..." (-protes karena jumlah duit yang dibagikan kurang.)
- " Nah, begitu lho, makanannya enak-enak. Kami suka sekali dengan kiriman Anda kemarin..." (-puas dengan kiriman duit).
- "Ada makan siang, mau ikut enggak?" (-memberi tahu ada proyek yang akan digarap.)
- "Lagi ketemu pasien" (-anggota Dewan sedang bernegosiasi dengan pejabat atau pengusaha.)
- Kode dari penyetor uang (pengusaha/pejabat)
- "Kami sudah kirim lima bola, bisa untuk main sama teman-teman" (-setoran duit Rp 500 juta.)
- "Ada kiriman buku dari Amerika. Maaf, di dalamnya ada tiket nonton jazz 10 lembar" (-ada kiriman amplop berisi US$ 10 ribu.)
- "Apel Malangnya masih belum dikirim" (uang sogok berbentuk rupiah)
Salam Santri Kenthir