Ungkapan cintaku Lebih Kerbis dari Simbol Taj Mahal

Subtansi pengungkapan cinta terpendamnya Santri kenthir pada gadis pujaannya, itu sama halnya kisah cinta tulusnya Shah Jehan pada isterinya Mumtaz ul Zamani.

Awas! Saat Kaum Gay Bergentayangan Di Facebook Ku

Tulisan ini sekedar berbagi pengalaman unik selama berjejaring di facebook. Bukan untuk menghukumi minoritas kaum Gay.

17 Sep 2011

Menyelami Petuah Guru Agung Rumi


Rumi mengatakan: Untuk mengamalkan “kemiskinan” dalam hidup sehari-hari, anda tidak perlu turun ke jalan dan menjadi seorang pengemis. Hati anda, jiwa anda yang harus menjadi “miskin”. Tidak memiliki apa-apa, tidak terikat pada siapa pun juga, tidak mencari sandaran lain di luar Allah, menikmati pemberian-Nya tanpa keterikatan – itulah “kemiskinan diri”.




Belajarlah untuk menjadi miskin. Amalkan “kemiskinan diri” dalam hidup sehari-hari. Sedikit-sedikit, jangan meneriaki pembantu, “Iyem, air… Atun, teh… Wati, ini… Yanti, itu…
Anda mau mempraktekkan “kemiskinan diri”? 
Mulailah dengan membantu diri sendiri. Kurangilah ketergantungan anda pada para pembantu.
Jangan tunggu supir membuka pintu mobil anda. Buka sendiri, apa salahnya? “Kemiskinan diri” bukanlah sebuah slogan, tetapi suatu pola hidup yang harus dijalankan.
Menurut Rumi, pada saat ajal tiba yang bisa membantu anda hanyalah “kemiskinan diri” yang telah anda amalkan dalam hidup sehari-hari. Pengetahuan apa pun tidak akan membantu. Bahkan pengetahuan tentang “kemiskinan diri” pun tidak akan membantu. Yang akan membantu adalah pengamalannya semasa hidup.
Dia memberikan contoh:
Seorang ahli tata-bahasa bertanya kepada pendayung perahu yang sedang membantunya menyeberangi sungai, “Apakah kamu pernah mempelajari tata-bahasa?”
“Tidak,” jawab pendayung.
“Sayang sekali, kamu telah menyia-nyiakan separuh hidupmu tanpa mempelajari sesuatu yang sangat penting,” kata ahli bahasa.
Komentar Sang Ahli menusuk jiwa pendayung perahu. Dia sedih, tapi mau bilang apa? Tidak lama kemudian, tiupan angin yang dahsyat menghanyutkan perahu itu. Pendayung perahu tahu persis bahwa sesaat lagi perahunya akan tenggelam. Giliran dia bertanya kepada Sang Ahli, “Tuan, apakah anda bisa berenang?”
“Tidak,” jawab Sang Ahli.
“Jika demikian, seluruh hidup anda sia-sia, karena sesaat lagi perahu ini akan tenggelam.”
Kembali Rumi menjelaskan makna yang tersirat di balik kisah itu. “Kemiskinan diri” juga berarti tidak menjadi sombong karena ilmu pengetahuan yang kita kuasai. Pengetahuan tentang Tuhan dan tentang “kemiskinan diri” tidak akan membantu. Yang membantu adalah “pengamalan” — nya.



Salam Santri Kenthir

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More