Ungkapan cintaku Lebih Kerbis dari Simbol Taj Mahal

Subtansi pengungkapan cinta terpendamnya Santri kenthir pada gadis pujaannya, itu sama halnya kisah cinta tulusnya Shah Jehan pada isterinya Mumtaz ul Zamani.

Awas! Saat Kaum Gay Bergentayangan Di Facebook Ku

Tulisan ini sekedar berbagi pengalaman unik selama berjejaring di facebook. Bukan untuk menghukumi minoritas kaum Gay.

26 Sep 2011

Dahsatnya Ber-C. I. N. T. A di Facebook


 Inilah petualangan cinta (maknai pengalaman saja) yang lebih heboh dari pengalaman cinta biasanya. Cintaku yang bersemi dalam dunia pesbuk ini, memang maya, tapi ia begitu nyata aku rasakan. CInta hanya cukup dipesbuk memberikan keanehan, keasikan2, yang sungguh lain dan itu nyata saya rasakan dalam hati. Efek bercinta di facebook benar-benar menjadikan hari-hariku penuh dengan asmara tanpa tepi.
Sengaja aku membiarkan diri tak perlu ketemu perempuan yang bernama luna (fiktif) empat mata, karena aku sadar. jika cinta maya ini dinyatakan dalam realita fisik pasti hanya akan membunuh dan melenyapkan cinta yang sedang tumbuh mekar-mekarnya dan begitu dahsat ini.
Tak terhitung jumlahnya, hampir setiap hari koleksi album-album fotonya yang lumayan cantik ku pelototi. Hasrat diri selalu mendorong agar segera menemuinya. Bukan pula jika didunia nyata diriku tak pantas buatnya, menurut aku, dia dan aku pasangan serasi. Namun aku ingin merawat, memelihara, agar tetap bertahan dalam satu c..i..n..t..a..hanya difacebook saja. Sekali lagi, aku tak ingin menodai cinta dunia maya yang seru ini dihambarkan karena hasrat diriku dan hasratnya untuk menyatu dalam cinta didunia nyata.


20:00
Luna
lama banget tgl 15 ya, syg?
pelajaran pertama : sabar
20:01
Santri sabar iitu bisa banyak rejekinya, lo yang? xixixi
20:02
Luna
itu efek samping kesabaran
20:03
Santri
kesabaran itu bisa bikin rindu bertambah panjang
dan bertambah penderiataan menanggung rindu
20:06
Luna
namanya juga perjuangan, ya emang menderita, tapi semua penderitaan ada bayarannya, ada pelajaran yang bisa dipetik, hanya dengan cara ini kita bisa bertumbuh dewasa.
20:06
Santri
lunaaaaaaaa! sygg!!
20:06
Luna
orang yang menolak pengalaman atau tak mau mengalami tidak akan jadi dewasa/berkembang
20:07
Santri
duh nyonya saiful………rek..
ibu dari anakku terhebat.pinter bgt!
20:07
Santri
kalo perlu pake acara mati segala
saking menderitanya
gak apa2 dialami aja
nanti juga kalo udah bosan mati, bakal hidup sendiri, percaya deh.
20:09
Santri
aku gak bisa buka wallku jadi gak bisa lht kirimanmu
20:10
Santri
aku juga ngga tau apa kirimanku bisa nyampe
20:11
kirimanku udah nyampe di wallmu
20:11
Santri
nyampek…udah tak lihat di notifikasi
20:11
Luna aku kirim puisi lagi
semoga cocok lagi
20:12
Santri
perlu dibaca sekarang?
20:12
Luna
baca aja
20:13
Santril
terkirim satu aja
20:13
Luna
kalau kenginan kita bisa selaras dengan kehendakNya maka kita tak akan gagal
20:13
Santri
aku jd tergetar membaca puisimu syg!….: “Biarkanlah keinginanMu menjadi hasratku, Biarkanlah kehendakMu menjadi lakuku, Biarkanlah untaian kataMu menjadi ucapanku,Biarkanlah cintaMu menjadi keyakinanku, Biarkanlah tanaman merebakkan bebungaanMu, Biarkanlah buahku menghasilkan benihMu, Biarkanlah hatiku denting kecapiMu,Dan tubuhku buluh serulingMu.
20:14
itulah dia...
20:15
Luna
kita adalah para sufi itu, tak tak tersekat, kita orang bebas
bebas menjalani kehendak Ilahi
20:17
Santri
jd gr nih aku
20:18
Luna
kita selaraskan hasrat dan keinginan kita dengan kehendak Ilahi, tak akan gagal
20:19
Santri
jangan lupa cinta kita asapi dengan kemenyan dan dupa
20:20
Santri
gmn menurutmu
20:20
Luna
bisa juga
20:20
Santri
aku tuh kalo dah cium bau kemnyan
rasa itu jd transedental..cinta kekal disana dan disini jadi sama!!
20:20
Santri
pokonya kita jalani dengan gembira
he..he..dengerin lagunya …jika kami bersama
20:24
Luna
iya sedang aku putar
20:25
Santri
lagu ceria…..dan cocok dah
tangan dikepal diatas
20:25
Luna
kita jalani hubungan ini dengan ceria, jangan dibawa ruwet, gokil aja lagi………….
cucok banget kan?
20:26
Santri
iya……banget
jangan diruwetkan oleh tradisi yang membodohkan kita
20:27
Luna
itulah kita dobrak aja
20:27
Santri
itu berarti bahaya bagi yang lainnya
20:28
Luna
energi keceriaan
hidup memang berbahaya, baru tau ya?
20:29
Santri
dah tahu…tapi hubungan cinta itu berbahaya bg yg lainnya itu aku br tahu
apa km dah sering ??
20:29
Luna
terserah bagi yg lain mau bahaya atau ngga, yg penting kita berdua menikmati
------------------------------------------------------->>
Ah…betapa indahnya itu…ah…betapa dahsatnya…jika itu benar2 terjadi pada diriku, betapa kerennya aku. Petualangan baru, yg tak akan pernah ada pada jaman dahulu kala. Pasti pengarang romeo juliet, khais-laila, the titanic,dll, akan iri karena cerita-cerita mereka sudah ketinggalan tekhnologi.sayang seribu sayang  semua diatas hanya hayalan saja. Cerita diatas fiktif belaka.  Semoga aku tak tergoda untuk mencoba hayalan yang kurangkai sendiri tersebut. Semoga pula kisah fiksi ini tidak mengispirasi teman-teman untuk bereksperimen, “bertahan Hanya Satu C.i.N.t.A di Facebook”. Salam sayang dariku untuk semua teman-teman kompasianer!

Nenek Tua dan Gerobak Tua: Hidup adalah Perjuangan Tanpa Henti



Menjadi Mbah sholeh seperti sekarang, dengan kaki pincang dan suami yang sakit-sakitan, bukanlah kemauannya pada waktu muda. Mbah Sholeh yang terlahir sebagai putri pasangan keluarga miskin ini, masa mudanya dilalui dengan menjadi gadis perkasa bekerja keras meraih masa depan. Namun nasib berbicara lain. Lima tahun setelah  menikah, anak semata wayangnya meninggalkan dia untuk selama-lamanya, Mbah Sholeh muda pernah mengadu nasib merantau ke Kecamatan Muncar Banyuwangi (kota paling timur di Jawa Timur). Di sana Ia berjualan Erok-erok (tahu petis) dan jagung bakar selama tiga tahun. Tapi hasilnya hanya cukup untuk dimakan sendirian. Dia merasa, kerja merantau tidak membawa hasil, lalu memutuskan kembali ke dusun Sumberjo - Glundengan (dusun asli tempat tinggalnya).  Kegagalan mengubah garis nasib ditanah rantau tidak menjadikan Mbah Sholeh putus asa. Berusaha dan berdoa'a adalah jalan yang harus ditempuhnya sebagai seorang muslim. Walau masa depan baginya masih suram, Mbah Sholeh muda terus saja berusaha bekerja apapun, kerja serabutan, yang penting halal. Pernah bekerja berjualan biji dawet keliling. Dan disela waktu lain Mbah Soleh muda berjualan pakaian bekas dan lain-lain. Dari kerja serabutan ini Mbah Sholeh muda mendapatkan penghasilan tiga ribu lima ratus rupiah per hari. Lumayan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan suami tercintanya. Namun keadaan nyaman ini tidak berlangsung lama. Untuk mengatasi kemiskinan absolutnya (abadi), Mbah Sholeh muda menjadi buruh gudang tembakau dengan gaji seribu lima ratus rupiah per hari. Tapi tak berselang lama, dia di PHK musiman oleh perusahaannya.  Karena tidak terbiasa menganggur, akhirnya Mbah Sholeh coba-coba berjualan sayur-mayur pakai keranjang bambu dengan dijunjung diatas kepanya berkeliling dusun Sumberjo. Bukan hanya dusun Sumberjo Mbah juga sering berjualan di dusun tetangga yang jaraknya 3 km dari dusun Sumberjo. Hmm bukan jarak yang dekat ditempuh dengan hanya berjalan kaki.  Modal awalnya dari menjual seluruh pakaian bekas yang dipunyainya. Keadaan ini bertahan cukup lama.  Hingga pada suatu hari kesialan menimpa Mbah Sholeh. Alas keranjang bambu satu-satunya yang ada diatas kepalanya jebol tak kuat menyangga beban barang dagangannya. Mbah Sholeh mengisahkan, "Setelah keranjang tempat nasi itu jebol, oleh tetangga diberikan (gratis) keranjang yang sudah kotor sekali! Ini Mbah Sol, keranjang sayur!. Besok jualan lagi ya,? Iya! jawab Mbah Sholeh"  Keuntungan sedikit dari berjualan sayur memakai keranjang ini oleh Mbah Sholeh dibelikan beras dimasak bersama suaminya. Mbah Sholeh berkisah,  "Uang itu saya belanjakan beras seperempat kilogram, lalu dimasak dengan suami Mbah, itupun Mbah sudah seneng le, meski Mbah gak punya anak. Setelah itu besoknya Mbah buat kulakan sayur lima ikat, dua ikat lalu dijual di sekitar daerah tetangga. saat Mbah berjualan, keranjang jualan tumpah ruah, lantaran kaki Mbah terantuk batu. Mbah jatuh di depan rumah Bu Sarinah. Berantakan, ikan laut didalamnya yang hanya ada tiga rantang juga ikut berantakan. Nyeri sekali! Sampai rumah Haji Sukur Mbah di naikkan becak. Tukang becaknya gak mau dikasih ongkosnya."  Fatal kecelakaan itu membuat kaki kiri Mbah Sholeh bengkak. Terpaksa dia harus beristirahat sejenak dirumah. Belum sembuh benar sakitnya, ia bergegas lagi berjualan sayur.Lantaran kakinya yang masih belum kuat benar, dia berjalan sering terjatuh. Akibatnya kaki si-Mbah yang sebelah kiri cacat permanen sampai sekarang. Seseorang sering melihat Mbah Sholeh saat berjalan  menjinjing keranjang sayur dengan kaki sebelahnya yang terseok-seok. Seseorang itu tak tega, lalu memuatkan gerobak dorong terbuat dari bambu  untuk Mbah Sholeh tanpa meminta imbalan sedikitpun. Sejak saat itu Mbah Sholeh tak lagi berjualan dengan menjunjung keranjang bambu. Dan si Mbah tidak sering jatuh lagi. Senang sekali Mbah Sholeh. Ia bisa menambahkan isi dan jenis barang dagangannya sesuai dengan kapasitas gerobak bambu barunya. Namun sayang seribu sayang, uang yang demilikinya terlampau sedikit untuk mengisi gerobak bambunya dengan bermacam-macam barang dagangan. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit,  Mbah Sholeh berusaha terus memupuk modal jualannya. Akhirnya, harapan untuk menambahkan isi dan jenis barang dagangan itu terpenuhi. Gerobak bambu itupun muatannya penuh dengan berbagai macam jenis makanan dan sayuran. Betapa bangga Mbah Sholeh telah mampu berubah menjadi demikian. Dengan semangat baru, gerobak bambunya terus saja didorong, tak peduli melewati cuaca panas dan hujan. Boleh saja, Mbah Sholeh tak peduli dengan  kesehatan tubuhnya yang terus menurun, tetapi, geobak bambunya mulai tidak mau diajak kompromi menemaninya memuat barang jualannya bertumpuk tumpuk setiap hari. Sepertiya gerobak bambu itu pun mulai protes, "Kekuatanku (gerobak bambu) ada batasnya Mbah Sol!!".  Hehehe..dan gerobak bambu reot itu mulai rewel setiap kali didorong. Gerobak bambunya sering berbunyi, "kriek-kriek-kriek!!"  Untungnya ada Mas Bari yang melihat (Mas Bari itu tetangga Mbah Sholeh yang sehari harinya menjadi tukang las listrik) kalau bahwa gerobak bambu Mbah Sholeh tidak lagi layak pakai. Lalu Mas Bari memanggil Si Embah dan menawarkan jasanya agar bambu-bambu yang reot itu diganti dengan jeruji besi. "Mengenai biaya diangsur semampunya aja Mbah", Kata Mas Bari.  Tanpa pikir panjang  tawaran Mas Bari disepakati oleh Mbah Sholeh. Kini Mbah Sholeh sedikit lebih senang. Gerobaknya sudah terbuat dari besi. Sudah lebih kokoh dari gerobak bambu sebelumyai. Dan barang dagangannya juga bertambah banyak. Pelanggannya sudah lumayan banyak. "Alhamdulillah!!" "Sekarang apa lagi yang Mbah inginkan dalam hidup ini ?", tanyaku membatin. Lamat lamat ia terlihat berlalu mendorong gerobak sayurnya. Kata temanku, Mbah Soleh masih pingin memperbaiki rumah yang sudah reot itu. Tetap setia merawat suaminya yang sering sakit-sakitan dengan sebaik-baiknya. Sampai tulisan ini dibuat, usia gerobak sayur Mbah Sholeh sudah berusia tiga tahun! Itu termasuk sudah tua, alias kuno. Sementara teknologi baru terus datajng silih berganti menyaingi gerobak sayur Mbah Sholeh. Belum lagi Supermarket, Mall, dll, yang siap menggerus konsumen Mbah Sholeh. Terus gimana yach, Mbah Sholeh menyikapi keadaan sulit itu? Dorong terus, maju terus ..! ya mbah? :D  "Hidup adalah perjuangan tanpa henti - henti. Usah kau menangisi hari kemarin. Hidup adalah perjuangan. Bukanlah arah dan tujuan. Hidup adalah perjalanan..." (DEWA)    

Gosip: Bukan untuk menghukumi tersangka

Yang terjadi didesa, gosip digunakan oleh kaum buruh tani untuk melawan kesewenang wenangan kaum petani kaya,, tapi gosip diseputar gang VIII ini dirayakan bukan untuk memusuhi tersangka yang terkena gosip. Di gang VIII, gosip digunakan untuk mengisi waktu luang warga demi mengatasi keterasingan, kegelisahan individual, atas derasnya perubahan-perubahan dalam system social yang tak berpihak.Tak ada sosok musuh bersama disini- sebagaimana halnya kaum buruh tani-. Musuh bersama warga adalah system social yang menindas dan tak pernah benar-benar kelihatan, karena musuh itu berupa struktur-struktur yang menghisap darah dan keringat mereka secara perlahan-lahan. Selain itu, semua warga ibu-ibu mengalami kepelikan hidup yang sama yakni, ketidakberdayaan diri mengendalikan perubahan-perubahan sementara kebutuhan hidup harus terus menerus diperjuangkan dengan keras. Oleh karena itu, gosip ditangan mereka adalah, sebagai sarana menghibur diri dari kepenatan menanggung beban hidup sehari-hari, aktualisasi komunikasi antar individu, dan kerekatan sosial antar warga, bukan bertujuan mengambil tindakan penghakiman (sangsi social)atas salah satu warga yang menyimpang dari nilai dan moralitas di Gang VIII.
Adalah wajar jika Ustad syaikhoni (nama fiktif) yang telah beristri itu, berselingkuh dengan mantan santrinya, bernama Diah pitaloka (nama fiktif), telah menjadi rahasia umum warga dan dibiarkan beredar sampai sekarang. Hubungan selingkuh antara Ustad syaikhoni dengan Diah Pitaloka itu sudah berjalan 6 tahun. Sejak Diah mulai jadi santri (mulai kelas 3 SMP), sampai sekarang (sampai baru lulus SMA), perselingkuhan itu sudah menjadi rahasia umum warga. Bahkan public gosip (warga gang ) cenderung memelihara agar gosip seputar perselingkuhan tersebut tetap dipertahankan dipanggung gosip. Sepertinya para warga tahu bagaimana seharusnya kartu gosip yang berada ditangannya tidak diketahui oleh para kerabat dekat, terlebih-lebih oleh tersangka sendiri.
Berbeda sebagaimana didesa yakni gosip menyebabkan ketegangan hubungan antara yang menggosip dengan yang digosipkan, tapi digang ini, hubungan penggosip dengan yang digosipkan masih tetap cair. Ustad syaikhoni yang biasa mengisi pengajian ibu-ibu dimusholla, petuah-petuah nya tidak ditanggapi dengan sinis, tapi disikapi dengan gurauan-gurauan kecil ibu-ibu penggosip sambil pura-pura mendengar serius ceramahnya. Begitu pula perlakuan kaum ibu-ibu penggosip pada Diah Pitaloka, diruang-ruang komunikasi seperti acara arisan, pengajian, rekreasi bersama, Diah masih diperlakukan dengan wajar seperti tak pernah terjadi sesuatu apapun. Bila ada selamatan dirumahnya yang membutuhkan bantuan para ibu-ibu, dengan riang para ibu-ibu tetap membantu keluarga diah pitaloka.
Bandingkan dengan kasus terkenal yang menimpa KH. Aa Gym, atau yang menimpa Ariel, Luna, dan Cut tari yang berakibat kehancuran otoritas kuasa, ekonomi sampai berujung menjadi kasus hukum. Itu menunjukkan bagaimana public gosip masih tak dewasa dalam memisahkan antara mana wilayah prifat dan wilayah public. Digang VIII ini, warga masyarakat menanggapi gosip perselingkuhan antara Ustad Syaikhoni dengan istilah nafsi-nafsi. Artinya gosip yang menyangkut urusan privat seseorang adalah urusan mereka sendiri. Dimana yang menjadi urusan privat tak akan mengganggu urusan public. Dengan istilah nafsi-nafsi masing-masing warga berhati-hati, agar perilaku dirinya tidak menjadi sasaran gosip, beredar diatas panggung gosip, dimana kemudian hanya dijadikan sebatas media menghibur bagi kaum ibu-ibu lainnya.
Demikianlah gosip digang VIII Gebang-Jember, dirayakan bukan untuk tujuan negative yang bersifat destroyer bagi manusia lainnya. Masing-masing warga sebisa mungkin dirinya tidak jadi sasaran tembak senjata gosip, namun sekaligus juga merayakannya jika salah satu warga terpaksa terkena sasaran tembakannya. Gosip tak lebih permainan petak umpet, permainan tebak-tebakan, dan lain lain, yang tak perlu memakan korban pada pemainnya. “Mari kita rayakan gosip, gosok sedikit demi sedikit agar tambah sip!, mari kita bergembira dengan gosip, agar hidup tidak kering dan tak merana walau kepala ini telah menjadi kaki”, Lamat-lamat, berkata serentak sambil cekikan para ibu-ibu itu terdengar ditepian hangar bingar peradaban kota jember, terngiang sampai kesini, saat aku harus mengakhiri tulisan ini.

Mengurai Gosip Dipinggiran Kota Gebang


Semoga semua menyepakati, jika gosip disini saya maknai, sebuah panggung tertutup yang berisi nilai-sosial perilaku seseorang / kelompok yang bermakna negatif / positif dan sedang dibicarakan dari mulut-kemulut, menyebar dan disebarkan secara diam-diam oleh indifidu /kelompok sosial tertentu. Biasanya tirai gosip dibuka jika ada perilaku indifidu menyimpang dari kesepakatan moral sosial yang telah ditetapkan dalam komunitasnya. Dampak bagi orang/ kelompok yang terkena gosip lebih banyak, berdampak pada penderitaan (delegitimasi) sosial. Namun demikian, tak tertutup kemungkinan gosip bisa pula berdampak multi fungsional.
Di Media massa, gosip lebih di arahkan pada kehidupan personal kaum selebritis, para pejabat, para tokoh politisi, dan kaum papan atas. Dalam kontek media massa, gosip lebih banyak dimainkan oleh pelaku media dan para artis atau para tokoh politisi, dll, sedangkan para penonton/ pembaca media atau massa rakyat, lebih berposisi sebagai pemain pasif.

Mengapa massa rakyat menjadi pemain pasif? Karena gosip dimedia massa tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan kehidupan sehari-hari massa rakyat. Pada media Massa muara gosip lebih tertuju untuk mendapat keuntungan kapital media massa itu sendiri, ataupun untuk keuntungan para artis, tokoh politisi, akademisi yang jadi sasaran gosip. Gosip dimedia massa tak lebih sekedar permainan citra kaum kelas papan atas. Tak heran, jika ada beberapa artis, pejabat, rela membayar mahal pelaku media agar dirinya menjadi tersangka gosip. Asalkan dampak yang ditimbulkannya membawa promosi dirinya pada puncak karier yang diinginkan.
Berbeda dengas gosip ala media massa, gosip yang terjadi diseputar kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan ataupun masyarakat kota pinggiran mempunyai bentuk, karakter, nilai dan tujuan yang khas . Mulai dari para pemain aktif (penyebar dan sasaran gosip) sampai sebatas pendengar, seluruhnya dimainkan dan dirayakan oleh masyarakat gosip itu sendiri. Bahkan sebatas pendengar gosip, juga sebagai pemain aktif. Bak Jargon demokrasi; Gosip adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat penggosip. Sedang muara tujuan gosip dilevel pedesaan ataupun dikota pinggiran, lebih kearah fungsi sosial, sangsi sosial, media perekatan sosial komunitas, arena konflik sosial, konsensus sosial dan sebagainya.
Menurut James Scott, gosip bagi masyarakat pedesaan merupakan senjata perlawanan orang-orang kalah (kaum tertindas) menghadapi kelompok mapan atau kaum kaya penindas. Namun sebaliknya bagi kaum kaya atau elit desa, gosip digunakan sebagai senjata pertahanan untuk menangkis serangan bertubi-tubi yang dilancar oleh kaum bawah pedesaan. Pula, gosip tidak hanya sebagai senjata bagi kelompok kelas sosial yang berkonflik, tapi sekaligus merupakan arena pertempuran itu sendiri. Siapa yang menguasai dan mengendalikan gosip, maka kemenangan akan tampak didepan mata. Namun sebaliknya bagi mereka yang kalah dalam pertempuran di arena gosip, akibat yang ditimbulkan, seseorang akan merugi secara sosial, bahkan berakumulasi kerugiannya sampai pada tingkat material..
Para petani kaya yang senaknya mengupah atau memberi makan pada buruh tani, yang mana, jika upah dan makanan tersebut masuk kategori kurang layak bagi si buruh tani, maka, kekecewaannya niscaya tidak akan berupa protes terbuka namun dimainkannya dalam bentuk gosip. Para buruh tani tahu dan sadar, kerugian besar akan ditanggungnya jika perlawanannya dilakukan secara terbuka. Melawan kaum petani kaya tidak bisa berupa langsung dan terbuka, karena perlawanan semacam ini akan mudah dipatahkan. Perlawanan paling memungkinkan bagi si buruh tani yang terkecewakan, adalah dengan mengolahnya menjadi senjata penyebutan yang bernada negatif, mendiskriditkan, membuat cerita melebih-lebihkan kesewenang-wenangan korban gosip, setelah itu dengan diam-diam, perlahan tapi pasti, kemudian senjata gosip itu dilemparkan diarena pertandingan gosip.
· ”Haji Cerikkit, Haji Mardud, Haji Tasbenni, merupakan nama-nama plesetan yang telah diolah sedemikian rupa-plus bumbu-bumbu penyedap- menjadi senjata perlawanan para kaum buruh tani Jember-Jawa Timur. Kemudian secara perlahan senjata gosip tersebut dibagikan diarena tertutup dan berskala kecil. Sebelum menjadi rahasia umum, pada awalnya (senjata gosip, sudah digosok-gosok dan sudah dinyatakan sip) hanya disebar dalam jaringan antar keluarga, diedarkan antar kekerabatan, lalu antar kaum buruh tani, sampai akhirnya bak bola salju, benar-benar menggelinding ketengah-tengah arena pertandingan gosip menjadi senjata yang mematikan bagi petani kaya. Jika itu tidak cepat diantisipasi dan diatasi, gosip akan cepat berubah menjadi rahasia umum desa. Akibatnya bagi petani kaya yang terkena gosip, dia akan kesulitan mendapatkan tenaga buruh tani pada masa tanam tiba. Kalau pun ada, si buruh tani akan meminta upah yang relatif tinggi. Bukan hanya materi kerugiannya, tapi prestasi-prestasi sosial; seperti menjadi haji, rajin sholat, tekun bekerja, dll, akan menjadi musnah makna positifnya. Secara kekuasaan pun, petani kaya tersebut, posisi tawarnya menjadi bernilai rendah.”
Gosip Dipinggiran Kota Gebang-Jember
Di kota-kota pinggiran, saya kira gosip itu masih ada, layak, dan berguna dimainkan oleh masyarakat. Namun tentu saja gosip dikota-kota pinggiran akan berbeda dengan didesa; mulai cara-cara produksi, distribusinya, konsumsi, sirkulasi sampai arena permainannnya. Gosip ditangan buruh tani adalah untuk melawan kaum mapan dan petani kaya desa, tentu ini tidak berlaku bagi masyarakat pinggiran perkotaan. Disamping susunan sosialnya berbeda, juga tidak ada petani kaya atau kaum mapan bertinggal digang-gang sempit pinggiran perkotaan. Saya kira, ditangan masyarakat pinggiran perkotaan seperti pada masyarakat pinggiran kota Gebang-Jember, gosip akan bernuansa unik, khas, bahkan lebih sip dari yang lainnya.

Bagi teman-teman yang berdomisili di kabupaten Jember, pasti sudah tahu dengan nama Gebang, dimana Kota Gebang berada dipinggiran sebelah barat pusat kota Jember-Jawa Timur. Gebang kini, disamping mayoritas pendduknya terdiri dari masyarakat pinggiran, dibanyak tempat terdapat bangunan-bangunan tua warisan kolonial belanda masih berdiri megah dipelataran tanah yang berbukit, hal ini menunjukkan jejaknya sebagai sisa-sisa peradaban pusat kekuasaan jember masa lampau.
Dilihat sekilas, masyarakat diseputar Gang IX timur asar gebang, masih terlihat keramah tamahannya. Bila aku bilang amit! (permisi), pada orang-orang sedang duduk, mereka menjawab dengan senyum ramah bilang, monggo! (silahkan). Sering saya amati, sebenarnya mereka ini tidak cocok jadi orang perkotaan, walau jadi orang pedesaan secara sosiologis juga kurang cocok. Lebih pas mereka ini cocok sebagai masyarakat antara. Mereka berada diantara; menjadi orang kota dan menjadi orang desa.
Banyak rupa-rupa cerita menarik dan penanda kehidupan multikultural yang saya dapatkan diseputar gang IX: ”Mayoritas penghuni gang merupakan peminat togel, jika ada yang terpenjara, beberapa tetangga bahu membahu menyumbang iuaran uang atau makanan kepenjara. Ada juga, cerita kesalahpahaman Lek To, salah satu penghuni gang yang menato seluruh wajahnya setelah mendapat telpon gelap mengiming-imingi hadiah uang ratusan juta rupiah dan pada saat proses penatoan semua penghuni gang menyaksikannya. Atau, cerita anak gadis pak RT yang hamil sebelum menikah. Atau Mbak Siti yang selalu menggunakan sandal sebelah walau didalam pengajian musolla sekalipun. Atau rame-rame iuran rekreasi perdua minggu sekali, sampai solidaritas sosial massif kaum ibu-ibu yang tak kalah hebatnya dari orang desa. Dan lain-lain dan lain lain.”
Dari sekian rupa-rupa cerita tersebut, saya hanya tertarik untuk tahu bagaimana permainan gosip yang dimainkan oleh para penghuni Gang IX ini? Tentu tidak mudah bagi orang luar seperti saya ini, bisa mengetahui langsung atau berada ditengah-tengah medan permainan Gosip. Sebagaimana gosip dipedesaan, gosip diseputar penghuni gang ini juga bersifat terturtup, sangat rapi, dan tak mudah diendus.
Adapun saya tahu informasi gosip yang sudah beredar berasal dari Istri teman bernama Yusi Anggraini, sedang Yesy Anggraini (informan gosip) mengetahui gosip yang sedang up todate dari adik iparnya, bernama Ainur. (Walau detail permainan gosipnya kurang lengkap, aku sudah bersukur mendapatanya). Nah, posisi Ainur sendiri dalam mata rantai informasi ini sangat strategis sebagai pemain aktif dalam peredaran gosip. Namun demikian Ainur jarang sekali berposisi sebagai nara sumber utama, atau dia jarang mendapatkannya langsung dari tersangka gosip. Hal ini bisa dipahami, karena Ainur sendiri tinggal disitu kurang lebih tiga tahun. Jadi peran ainur dalam arena gosip sebatas berada diring pinggir. Duduk-duduk diteras tetangga sebelah, berkumpul dengan ibu-ibu pengajian, ikut rombongan rekreasi, dan menjadi pendegar setia atas gosip-gosip yang beredar.
Sangat disayangkan, saya tak bisa mengetahui detail bagaimana proses produksi, distribusi, konsumsi, dan sirkulasi gosip itu terjadi. Gosip seputar masyarakat pinggiran kota gebang yang saya dapat dari Yesy Anggraini berupa gosip-gosip yang sudah dihaturkan diarena panggung gosip. Jadi, hanya tema gosip yang bisa saya tangkap.

Tulisan Terkait:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More