Ungkapan cintaku Lebih Kerbis dari Simbol Taj Mahal

Subtansi pengungkapan cinta terpendamnya Santri kenthir pada gadis pujaannya, itu sama halnya kisah cinta tulusnya Shah Jehan pada isterinya Mumtaz ul Zamani.

Awas! Saat Kaum Gay Bergentayangan Di Facebook Ku

Tulisan ini sekedar berbagi pengalaman unik selama berjejaring di facebook. Bukan untuk menghukumi minoritas kaum Gay.

15 Sep 2011

di Pesantren Itu Aku Menjadi Ada (Kisah Perjalanan Spritual)


Awal kedatangan ku di Pondok Pesantren ini, (saya sebut ponpes tanpa nama, karena tak ada papan nam layaknya diponpes lainnya) untuk menenangkan dan menyamankan hati dari keruwetan, kesempitan, dan keletihan hidup yang kujalani selama ini.

Muak dengan segala kesenangan duniawi, muntah dengan jebakan hidup kapitalis dan jenuh dengan mimpi-mimpi modernitas. Segalanya itu telah mensistem dan mempolakan kehidupanku hanya menjadi dua pilihan utama: bertindak menyerang atau bertahan, ikut berebutan atau menyerah pada keadaan.
Sungguh melelahkan hidup sebagai ‘aku ’ dalam ruang hidup dengan system social kapitalis ini. Disini ‘aku’ diwajibkan berkecukupan modal dan keahlian di bidang tertentu yang dibutuhkan untuk menopang bangunan social kapitalisme. Jika aku tak mampu menyediakan diri (modal dan keahlian) maka aku harus mampu berada dipinggir peradaban sambil bertahan di kasta social paling bawah hanya demi ‘aku’ agar tidak punah.
Sulit menjadi aku dalam ruang yang penuh sesak dengan jiwa-jiwa materialism ini, karena ke-akuan -ku dibentuk dan diarahkan tujuannya hanya untuk menyembah uang dan sekutunya. Sementara sifat fitri dalam diri masih tak berdaya dan masih sangat menggantung pada kekuatan mutlak system kapitalisme.
‘Aku’ dimata raksasa kapitalisme menjadi ada jika aku telah menjadi pengusaha, pejabat, akademisi dan buruh. ‘Aku’ akan menjadi tidak ada bahkan seperti terasing saat aku tidak berperan dalam fungsi socialnya untuk menopang kekuatan struktur social (‘aku’ hanyalah sebagai pengangguran, misalnya).
Permasalahannya aku ada ketika aku harus aktif berperan menopang bangunan hidup kapitalisme, padahal lama kelamaan ke’akuanku’ ternyata menjadi irosi dan terasing kembali dari peran aktifnya selama ini (ternyata hanyalah budak/pelayan sistem) ???
Itulah yang terjadi aku ingin benar-benar ada. ‘aku’ Ada bukan kamuflase seperti ada padahal tidak ada. Dimanakah ‘aku’ sebagai identitasku?
Perenunganku atas ‘aku’ diatas seperti sedang menemukan sungai bening spiritual setelah di ponpes tanpa nama, aku bertemu dan berbicang dengan Lora Nurul, pemimpin pondok dan tokoh masyarakat Desa Jambuan-Anti Rogo-Jember. Berikut sedikit yang bisa aku kutip yang sangat ampuh mengobati luka-lukanya ‘aku’:
“ bahwa aku ini sebenarnya tidak ada. Aku ini hanyalah berisi perintah-perintah Allah. Bahwa Allah lah yang maha pengatur. Jika barang siapa yang menganggap perintah-perintah Allah itu adalah ‘aku’ maka itulah keruwetan hidup yang akan melilit ke akuanku. Dan penyakit-penyakit jiwa akan melekat pada ke akuanku. Karena aku tak pernah terbebas dari keakuan diriku yang bukan sesungguhnya.”
Demikianlah, aku lalu mengambil wudhu dan sholat. Sepertinya aku sedang bermandi ria dalam sungai bening spritualitas. Sambil berendam diri, semoga aku terhanyut dalam lautan luas ke maha kuasaanNya.


Salam Santri Kenthir

Mana yang Benar, Takdir Tuhan Bisa Diubah Atau Tak Bisa Diubah?

Salam Santri Kenthir
Adalah pak Ketut teman facebook baru saya, tanpa sengaja kita terseret mendiskusikan takdir tuhan walau tak sampai klimaks dan mendalam namun isi obrolan itu masih terngiang dan meliarkan pikiran saya kemana-mana.
17:08 Saya
halo pak …slmat sore
17:08 Ketut Syahruwardi
selamat sore santri kenthir
apa kabar?
17:08 Saya
saya baik…bapak ini agamanya islam ya
17:09 Ketut Syahruwardi
yup
kenapa?
17:09l Saya
kok gak nyambung dengan nama ketutnya
17:09Ketut Syahruwardi
aku orang bali yang kebetulan lahir sebagai muslim
17:10 Saya
oh gitu ya…asik …dong…saya jawa tapi pakai nama arab
maka kelihatannya saya islam
padahal saya ateis
17:12Ketut Syahruwardi
nah, nama tidak menunjukkan apa2 kan?
17:12 Saya
iya…nama kita membenarkan apalah arti sebuah nama
Perlu di ketahui itu pula awal chatting saya  dengan Ketut syahruwardi abbas terjadi beberapa bulan lalu di obrolan Facebook. Obrolan dengan Ketut syahruwardi abbas sengaja saya copy paste ini apa adanya. Bagaimanapun ia telah menginsiparasi saya untuk merenungkan kembali pikiran-pikiran yang saya miliki agar lebih difreshkan lagi.
Atau mungkin pula sebaliknya untuk Ketut syahruwardi abbas He..he.. Sungguh teramat asik, obrolan demi obrolan dengan Ketut syahruwardi abbas mengalir santai walau ada arus deras ideologi didalamnya, walau kita baru kenal tapi  terkesan penuh keakraban:
17:13Ketut Syahruwardi
kayaknya santri kwnthir  jadian ama temenku ya?
selamat ya
17:13 Saya
jadian dua kali
kemarin sempat putus karna soal debat perubahan
17:15Ketut Syahruwardi
hehehe
dia anak yang baik
17:16 Saya
saya juga anak yang baik
tapi kebanyakan orang bilang saya bukan anak baik2
17:17Ketut Syahruwardi
ukuran baik-buruk sangat tidak mutlak kan?
setiap orang punya ukurannya sendiri2
jadi, aku sih, nggak peduli orang mau bilang baik atau nggak
17:18 Saya
iya tuh …ternyata ukurannya berelasi dengan kekuasaan dan persepsi…sudah keliling pasar saya siaran dimasjid kalo aku nih anak baik2…ternyata…masih aja saya dipersepsikan ank tidak baik2
17:20Ketut Syahruwardi
ya rebutlah itu kekuasaan dan bentuk persepsi baru
17:20 Saya
semua sedang berebut termasuk saya
17:21Ketut Syahruwardi
nanti kalau kalah, ya terima saja
17:22 Saya
kalah dan menang rasanya sama saja pak…tak mengubah kehakikian…he,,…he kata siti jenar disini dan disana sama saja rasanya
sory
17:22Ketut Syahruwardi
itu karena siti jenar belum pernah menang
hehehehe
17:24 Saya
dia dah menang….pak menang menurut diri dan kelompoknya
kalau nulis notes tolong saya di tag biar saya bisa baca juga
17:24Ketut Syahruwardi
lagi2 soal persepsi
perbincangan diatas berpijak pada “kebenaran adalah persepsi”. jika kebenaran adalah persepsi maka kebenaran itu relatif. Persepsi sepihak bagi yang mempersepsikan. Kebenaran itu relatif berarti kebenaran itu tidak mutlak, hanya berlaku pada ruang dan waktu tertentu. Demikianlah, kira-kira tentang ‘lagi-lagi persepsi’ yang melatari setiap perbedaan cara pandang antara saya dengan pak ketut. perbincangan terus mengalir, sampai kepada “apakah takdir tuhan itu adalah persepsi”? apakah tidakinclude antara nasib yang dialami manusia dengan takdir yang ditentukan tuhan. apakah takdir hanya memuat hal-hal yang berkait dengan kejadian material??
17:25 Saya
soal definisi kebudayaan dan agama…saya sempat komentar sedikit
jadi malu saya
17:26Ketut Syahruwardi
kenapa harus malu? saya orsng yang sangat terbuka. saya tidak pernah memutlakkan kebenaran
karena aku percaya ada tuhan, maka satu2nya yang aku anggap berhak memegang kebenaran mutlak itu hanya tuhan
tapi, ya, sayangnya, tuhan nggak pernah bicara langsung dengan saya. jadi saya nggak tahu kebenaran mutlaknya
17:28 Saya
sama…kebenaran itu relatif gara2 ada keyakinan maka kebenaran kelihatannya jadi mutlak
17:29Ketut Syahruwardi
bagi aku, yang aku yakini adalah kebenaran (relatif), sedangkan yang lain tidak salah
17:29 Saya
sama sama benar
asalkan tidak saling bertabrakan
17:29Ketut Syahruwardi
tidak salah, bukan “benar”. tidak selalu benar
17:30 Saya
tidak selalu benar itu keraguan
17:30Ketut Syahruwardi
gak masalah untuk ragu kan?
17:31 Saya
ragu yang cipatakan tuhan juga
17:31Ketut Syahruwardi
aku menganggap yang aku yakini benar itu benar. sedangkan yang lain “tidak salah”
17:31 Saya
yang ateis ciptakan tuhan juga
17:31Ketut Syahruwardi
paradoks: ateis diciptakan tuhan?
17:32 Saya
sama dengan iblis yang nyiptakan tuhan juga kan?
hoirihi wasarrihi minallahi ta`ala
17:32Ketut Syahruwardi
lho, keyakinan ateis kok dihubungkan dengan tuhan?
17:33 Saya
bukankah tuhan adalah maha pencipta?
17:33Ketut Syahruwardi
bukankah ateis meyakini kebetulan2 dan meniadakan tangan tuhan?
17:34 Saya
bukan kah segala yang terpikir dan yang sudah terpikir adalah takdirnya
17:34Ketut Syahruwardi
you ateis atau nggak sih?
atau hanya setengah ateis?
17:35 Saya
bukankah takdir ada lah ciptaan tuhan
menurut pak ketut saya dipersepsikan apa?
bila saya ateis tolong saya jangan dibunuh seperti nasib siti jenar
ha/….ha,,,
guyon
17:36Ketut Syahruwardi
nggak ada ateisnya sama sekali
17:37 Saya
terimakasih
17:37Ketut Syahruwardi
kalaupun ateis, mungkin sudah murtad dari ateis
17:37 Saya
wallahu`alam
17:37Ketut Syahruwardi
tapi, dalam pandangan saya, you agak kacau menafsirkan takdir
17:38 Saya
iya…saya akui kurang runtut dan berpijak pada kitab kuning
boleh tahu pak?
17:39Ketut Syahruwardi
bagi saya, takdir itu hanya berkaitan dengan hal2 yang bersifat materi
ingat surat yasin: dan bumi berputar pada porosnya, itulah takdir allah
17:39 Saya
atas dasar apa tafsir demikian itu?
17:40Ketut Syahruwardi
lihatlah di al quran, semua kata takdir dikaitkan dengan materi
kalau kita menanam padi maka pasti tumbuh padi
itulah takdir
tidak ada hubungannya dengan “nasib” yang kita pahami
takdir adalah hukum besi, kepastian allah yang menjadikan hidup kita lebih terjamin kepastiannya
kalau kita mencampur dua hidrogen dengan satu oksigen, pasti akan menjadi uap air
tidak akan tiba2 menjadi batu
begitu seterusnya
itulah takdir, menurut aku
17:44 Saya
sory saya lupa ….saya ingat sedikit tentang bahwa takdir kita telah ditentukan mulai dalam rahim…sampai di alam kubur

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More