7 Okt 2011

Problem Akut Kesejarahan Jember (1)


Wacana kesejarahan Jember yang telah terdistribusi selama ini menjadi terbatas pada penceritaan bagai mana kota jember terbentuk dan kekuasaan administratif Jember sebagai Kabupaten terbangun. Seperti yang sering saya paparkan sebelumnya, dimana sejarah Jember dimulai dari penetrasi modal besar-besaran yang masuk kejember oleh perusahaan swasta Belanda pada tahun 1867 menyebabkan jember berkembang pesat menjadi kota perdagangan yang melampaui wilayah-wilayah se-kerisedenan besuki yang secara administratif kemudian pemerintah hindia belanda berkepentingan menetapkan wilayah afdelling Jember tersendiri terpisah dari afdelling Bondowoso. Implikasi dari wacana ini, mainstrean sejarah Jember sebagai sejarah tertulis berposisi mensubordinasi sejarah lisan dan meliyankan sumber-sumber cerita rakyat. Sejarah rakyak diasosiasikan sebatas legenda, dongeng, dan itu sebagai omong kosong yang tak terkait dengan kebenaran sejarah Jember masa lampau. Dampak sistemik lainnya, para kaum inteluktal yang paling berkompeten menggali sejarah lisan menjadi malas menelusuri sejarah Jember melalui tradisi lisan rakyat.

Implikasi lain menggali sejarah jember hanya berpatokan pada sumbr tertulis yang mayoritas ditulis oleh orang-orang kolonial belanda, kesan yang diporoleh, bahwa gelombang sejarah jember akibat dari penetrasi modal dan kolonialisme belanda yang dimulai dari arah utara mengakibatkan arus migrasi etnis dari madura dan jawa. Kesan selanjutanya, peran sentral eksistensi kolonial bangsa belanda di jember menjadi penentu arah perkembangan sejarah kabupaten jember pada periodisasi setelahnya. Dan migrasi besar-besaran yang mempertemukan dua etnis besar yakni etnis jawa dan Madura dalam satu area di Jember tengah menghasilkan kebudayaan baru Jember bernama budaya Pandhalungan, menjadi problematis, karena belum tentu merepresentasikan kebudayaan rakyat jember secara umum. Bisa jadi ini hanya kasuistik yang terjadi di jember tengah yang tak bisa dipukul ratakan ke wilayah jember lainnya.

Superioritas penulisan sejarah Jember yang mengutamakan sumber dokumen tertulis merupakan gejala umum penulisan sejarah di indonesia, dengan apik Ahmad Nashih Luthfi (2006) menggugatnya seperti berikut dibawah ini:

Agaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa sejarah Indonesia selama ini terkuantifikasi ke dalam penjelasan yang sifatnya structural, kelembagaan (politik), nilai, ideology, arus sebagai penggeraknya, tekstualitas, dan mengabaikan eksistensi kemanusiawiannya. Sehingga muncul istilah history without people, and people without history. Ketika sejarah mengalami positifistikasi yang akut, ditandai dengan semboyan “no written document no history” oleh Ranke, sejarah telah mengkhianati metode tradisonalnya, metode Herodotus atau Thucydides ketika menulis perang Peloponnesian, yakni metode wawancara terhadap para prajurit yang terlibat dalam perang tersebut. Sejak saat itu sejarah mengalami kemunduran. Namun, setelah Allan Nevins dari Columbia University pada tahun 1948 menggunakan metode Sejarah Lisan dalam merekonstruksi masa lalu kulit putih Amerika, Sejarah Lisan mulai kembali mengalami kemajuan. Disusul dengan Paul Thompson dalam bukunya berjudul Voice of The Past, Oral History, metode Sejarah Lisan mengembalikan posisi pentingya, dan membuka potensi rekonstruksi atas masa lalu lebih mudah dilakukan. Penulisan sejarah semacam ini (khususnya banyak menggali aspek social) mulai berorientasi pada penulisan sejarah yang beragam, dari lapisan bawah atau “history from below, history from within”. Sehingga terjadi usaha pendemokratisan dalam sejarah.

Oleh karenanya pembabakan sejarah jember yang telah menjadi alur maenstream sejarah dan kategorisasi budaya pendhalungan yang telah menjadi rezim wacana, perlu ditinjau ulang. Peninjauan ini saya maksudkan untuk melengkapi kekurangan historigrafi Kabupaten Jember. Tinjauan pertama bahwa gelombang sejarah jember dimulai dari jember utara dan penanggalannya mengacu pada narasi tertulis yang tersimpan rapi dalam lemari kepustakaan pemerintah belanda, tanpa disadari telah menafikkan sejarah lesan dan artefak sejarah lainnya yang berkembang dimasyarakat jember selatan, bahkan sejarah lisan rakyat jember pada umumnya. Pengamatan saya dilapangan pada fenomena sejarah rakyat jember yang perlu ditelusuri kedalamannya sebagai berikut.

Fenomena historisatas nama-nama desa yang memakai penamaan Jawa yang umum terjadi diseluruh wilayah kabupaten Jember, mengindikasikan keberadaan rakyat jember ada jauh sebelum kedatangan koloni bangsa belanda, saya kira merupakan data yang melengkapi historigrafi yang perlu ditelusuri lebih jauh. Cerita rakyat desa balung misalnya, (setiap tahun kronologi sejarah Desa balung Lor dibaca pada acara selamatan desa) dikemukakan, bahwa penamaan desa Balung bermula ditemukannya tulang tengkorak manusia pertama pembabat hutan bernama Mbah Budeng, oleh kelompoknya kemudian prosesi penemuan tengkorak mbah Budeng tersebut ditandai dengan nama wilayah utara hasil pembabatam dinamai Balung Lor, sebelah barat dinamai Balung Kulon dan sebelah selatan dinaman Balung Kidul. Mbah Budeng dan kelompoknya keberadaannya di balung merupakan pelarian dari kerajaan mataram dan makam mbah Budeng sampai sekarang dikeramatkan sebagai tokoh sejarah yang melahirkan desa Balung. Lain halnya dengan cerita sejarah kecamatan Balung, di kecamatan Puger, oleh mayarakat, nama puger diyakini diambil dari nama pangeran puger yang sempat menetap di puger bersama pengikutnya. Sampai sekarang cerita yang beredar disana, bahwa rakyat puger dahulu kala adalah sebagai pengikut pangeran Puger Situs petilasan (berbentuk makam) Mbah Tanjung, yang berada di Kucur merupakan bukti historigrafi sejarah desa Puger yang sekarang sudah terpecah menjadi Desa Puger wetan dan Puger Kulon. Fenomena sejarah lainnya terjadi di Desa Tamansari Wuluhan ditemukannya oleh masyarakat setempat artefak bekas taman masa kerajaan majapahit yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai cikal bakal nama desa taman sari. Masih banyak lagi nama-nama desa Di kabupaten Jember lainya yang memakai nama Jawa dan ditengarai berasal dari nama ketokohan atau legenda masyarakat setempat yang mendominasi dikabupaten Jember. Di Jember Timur, penamaan desa Mayang Sari erat kaitannya dengan kisah legenda putri Mayang yang oleh masyarakat setempat diyakini sebagai puteri seorang raja yang menjadi leluhurnya. Sedang di Jember tengah dan Utara, nama-nama seperti Gebang, Patrang, Mangli, Arjasa, merupakan legenda nama para bangasawan kerajaan yang dilakonkan oleh Seni Ludruk setempat dalam cerita babat tanah Jember.

Tinjauan kedua pada wacana budaya pendhalungan sebagai hasil akulturasi pertemuan budaya dua atnis besar antara etnis Madura dan Etnis Jawa di Jember Tengah (atau tepatnya di wilayah-wiayah pinggiran kota jember) menimbulkan problemmatik representasi identitas tersendiri bagi diskursus kebudayaan jember. Dengan hanya mengambil sempel masyarakat Jember tengah dengan hanya sekilas membaca pola praktik bahasa sehari-hari dan kesenian tradisi yang dikembangkannya, menjadi tidak mewakili kebudayaan rakyat Jember secara umum. Di jember selatan, (Kecamatan: Balung, Puger, Wuluhan Ambulu, Gumuk Mas, Kencong), pengamatan saya dilapangan, tidak saya temukan model perampuran dialek bahasa sehari-hari antara etnis jawa dan madura seperti yang dicontohkan oleh Ayu Sutarto Di jember Tengah. Juga pada keseneian rakyatnya tidak terjadi perubahan-perubahan yang berarti. Etnis jawa dan Madura masih tetap bersikukuh dengan pola-pola bahasa dan keseniannya masing-masing. Di kecamatan Balung, misalnya, kelompok etnis madura mayoritas berdiam di sebelah utara, sedang etnis jawa bertinggal di sebelah selatan dan mendominasi seputar kota kecamatan. Masing-masing etnis memakai bahasa nya sendiri, baik etnis Jawa dan Madura tidak berupaya mencampur adukkan. Dalam berkesenian, pada kesenian jaranan misalnya, saya amati para pendukungnya adalah kelompok etnis etnis jawa, sementara kelompok etnis madura lebih memilih seni hadroh.

Baca Tulisan Terkait



0 komentar:

Posting Komentar

Salam Santri Kenthir.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More