Ungkapan cintaku Lebih Kerbis dari Simbol Taj Mahal

Subtansi pengungkapan cinta terpendamnya Santri kenthir pada gadis pujaannya, itu sama halnya kisah cinta tulusnya Shah Jehan pada isterinya Mumtaz ul Zamani.

Awas! Saat Kaum Gay Bergentayangan Di Facebook Ku

Tulisan ini sekedar berbagi pengalaman unik selama berjejaring di facebook. Bukan untuk menghukumi minoritas kaum Gay.

30 Sep 2011

Gara Gara Propaganda Cap PKI, Ortuku Ikut-ikutan Impor Nama Arab


Nama asliku Muhaimain Iskandar. Nama ini pemberian orang tua saya sejak lahir. Sebutan nama kearab-araban seperti nama saya di Jawatimur tempat kelahiran saya sudah jamak. Mayoritas penduduk Jawa Timur Pasca Tragedi kemanusiaan 30 September 1965 berduyun duyun melekatkan nama pada anaknya yang baru lahir dengan nama Arab.
Maka orang tua saya pun ikut-ikutan memberikan nama kepada saya , dengan nama Arab. Sedang kedua orang tua saya sendiri masih memakai nama lokal khas Jawa Timur tempo dulu. Ibu saya bernama Juminten, sebuah nama yang tak ada padanannya di luar Jawa Timur. Juminten adalah nama khas yang sering dipakai penduduk Jawa Timur sebelum penduduk Jawa Timur dibombardir oleh nama impor dari arab.
Bapak saya bernama Mujiono. Sama dengan nama Juminten, Mujiono adalah produk lokal nama Jawa Timur tempo dulu. Kesamaannya, kedua nama orang tua saya adalah nama khas orang jawa timur sebelum Islamisasi nama menggurita.
Saya sebagai Anak bungsu dari tiga bersaudara. kedua kakak saya pun diberi nama-nama yang di impor dari Arab. Kakak yang pertama bernama Imam Syahrowi dan kakak kedua bernama Nurhasanah. Saya tidak mengerti mengapa kedua orang tua saya memutus begitu saja ketersambungan nama anak-anakny dengan nama mereka yang khas Jawa Timur.
Saya pikir kedua orang tua saya seenaknya sendiri asal ikut-ikutan dalam memberikan nama pada ketiga anaknya. Padahal nama ibu saya masih bersinambung dengan nama kakek saya yang bernama “Sarminto”. Sedang nama bapak saya masih ada titik temu kejawaannya dengan nenek saya yang bernama ‘Ngatini’. Tetapi kenapa saya yang diberikan nama Muhaimin Iskandar yang jelas tidak ada kesinambungannya dengan nama Juminten dan Mujiono. Ternyata apa yang saya alami atas kepunyaan nama Arab tersebut, juga banyak dipakai oleh teman-teman sebaya waktu itu (era 70-an sampai 80-an).
Lalu apa sebenarnya yang terjadi di balik pemberian nama Muhaimin Iskandar (sosio-historis dan kultural)?
Di tahun 1970, 1980, sampai 1990-an demam panggilan nama bermerek Arab di Desa saya telah terjadi. Di tahun-tahun tersebut diiringi dengan pertumbuhan pesat Islamisasi (santrinisasi) dan pertanda mulai memudarnya Jawanisme. Disamping Arabisasi, faktor modernisasi juga terlibat meminggirkan nama-nama yang ber-merk lokal Jawa Timur.
Tanda-tanda kemenangan islamisasi yang dipelopori kaum sarungan (baca santri) terlihat pada momen-momen penting di desaku yang bisa aku catat:
“Di dusun Tanjungan, desa Balung Lor, asal dusun ayah saya dibesarkan sebelum tahun 1970-an masih di dominasi oleh kaum abangan (berafliasi pada PNI dan PKI, bahasa sehari-hari campur sari dari bahasa jawa mataraman dan using banyuwangi). Setiap pemilihan kepala desa dari tahun 11920 sampai 1966 selalu dimenangkan oleh kelompok abangan. kaum santri beberapa kali (berafiliasi dg partai Masyumi sampai partai NU) mencalonkan diri tak pernah berhasil jadi pemenang. Bisa dikatakan sebelum tahun 1970-an kaum santri di tingkat desa tidak berposisi sebagai penguasa pemerintahan desa. Namun sejak 1990-an nama-nama kepala desa dengan merek arab mulai bermunculan. Konon setelah penumpasan serentak nyawa orang-orang komunis Indonesia, banyak orang abangan ketakutan dan menyembunyikan identitasnya dengan rame-rame meniru cara sosio-kultural kaum santri”
Situasi politik nasional pasca Gestapu (1966) merubah drastis politik kultural dimana-mana. Banyak orang abangan yang sebelumnya banyak menjadi penguasa di birokrasi pemerintahan disingkirkan dan tak diberi tempat lagi oleh kelompok militer. Namun pula kaum santri juga tak di beri tempat dalam birokrasi. Biasanya kaum santri menjadi patner utama dalam kebijakan yang menyangkut soal pertanian. Jadi bukan berarti kekalahan kaum abangan dijalur birokrasi menjadi kemenangan kaum santri. Karena jalur birokrasi masih dikuasai oleh orang militer. 
Kaum abangan terus terdesak sampai di jalur kultural dan kepercayaan. Stigmatisasi sebagai orang yang berbau komunis terus dikumandangkan oleh berbagai pihak. Sehingga gerakannya dalam mengekspresikan identitasnya benar-benar terancam. Mau tidak mau pilihan satu-satunya mengekpresikan diri didalam ruang batin (gerakan kebatinan) .Mereka hanya bisa beralibi jika praktek ritualnya diketahui publik, bahwa apa yang dilakukannya sekedar untuk menjaga dan menghormati tradisi nenek moyongnya.
Kelompok abangan benar-benar terdesak. sementara Kaum santri yang telah berjasa besar dalam menumpas PKI sampai ke akar-akarnya lebih leluasa (karena diberi ruang keleluasaan oleh negara) dalam ruang kultural dan praktek kepercayaannnya. Mengenai keterdesakan secara kultural dan kepercayaan kaum abangan, banyak orang menceritakan seperti ini:
” ditahun-tahun tersebut Banyak orang kejawen (kaum abangan) yang mulai belajar sholat,ngaji, pada tokoh-santri, bahkan tokoh kejawen yang kaya juga ikut naik haji. Sepulang dari haji biasanya namanya juga di rubah menjadi nama orang arab.”
Kaum santri yang selalu diolok-olok oleh kaum nasionalis dan PKI, sebagai kaum sarungan yang bisanya hanya menghitung tasbih ditangan, merasa perlu untuk segara memainkan politik kulturalnya memanfaatkan momen situasi dan kondisi yang mendukung mereka. Karena struktur kenegaraan masih dikuasai orang-milter maka ruang kultural adalah pilihan realistis untuk dimenangkan.
“Adalah pak Gumbrek, sesepuh kaum abangan di dusun Tanjungan (basis kaum abangan di desa saya) oleh bapak haji Jainuddin (tokoh kaum santri dusun karang anyar) di naikkan haji dengan biaya ditanggung oleh haji Jainuddin. Awalnya pak haji Jainuddin menawari bapak Gumbrek naik haji. Jika pak gumbrek bersedia, mulai dari proses persiapan belajar sampai keberangkatannya ditanggung oleh haji jainuddin. (cerita ini saya dapat dari tetangga saya). Padahal bapak gumbrek juga termasuk orang terkaya di dusunnya. Kalau untuk ongkos haji sangat mampu membayarnya. tetapi itu adalah barter kultural antara dua tokoh abangan dan santri ditingakat dusun. Bentuk kesepakatan kultural yang hanya mereka berdua yang tahu. Atau permainan simbol kemenangan dan kekalahan secara kultural. Pak gumbrek harus menerima tawaran haji Jainuddin untuk pertahanannya dari mara bahaya. Sedang haji jainuddin membuat penawaran tersebut sebagai simbol kemenangan tak kentara pada posisi sosial dan kulturalnya.”
Itu diatas hanya contoh kecil kasus, bagaimana posisi kaum abangan yang sangat terdesak, dan bagaimana intrik kultural kaum santri memanfaatkan situasi yang sedang berpihak padanya. Keberhasilan kaum santri dengan islamisasinya di desa saya, puncaknya ditandai dengan pembangunan masjid oleh Haji Jainuddin disamping rumahnya dimana jamaahnya mencakup sampai didusun bapak Gumbrek. Sedang pendanaannya dibiayai oleh kepala desa (kelompok militer) dan diresmikan oleh Bupati jember Abdul Hadi (TNI aktif).
Situasi politik, sosial, dan kultural didesa tempat saya di lahirkan waktu itu tak memungkinkan orang tua dalam memberikan nama-nama pada anaknya bebas menentukan sesuai pilihannya sendiri. Bapak saya tidak terdidik sebagai santri. Ayah ibunya mengajarkan nilai-nilai kejawenn kepadanya. Ia dibesarkan dilingkungan orang2 abangan. Pun ibu saya demikian. Kekalahan orang abangan dan keterdesakannya secara kultural dari kaum santri, membuat orang tua saya menyerahkan pemberian nama pada anak2nya yang baru lahir kepada Kyai untuk perlindungan sosialnya:
Jadi teman-teman semua itulah latar historis dan kultural penamaan saya. Dan itulah kenapa sekarang saya menggunakan nama pena Santri Kenthir, karena ternyata nama saya bukan terlahir dari Doa orang tua, tapi dari dampak sejarah kelam bangsa 30 September 1965 yang sampai kini masih belum terang dan menjadi keinsyafan bangsa ini kedepan.

SALAM KENTHIR

28 Sep 2011

Obrolan Hot Di Facebook: Apakah Takdir itu Bisa Diubah, atau Tidak Sih?


Biasanya saya jarang ngobrol dimedia facebook bersama teman-teman dengan tema yang ruwet-ruwet. Saya sudah bertahun-tahun tak sempat dan jarang memikirkan fenomena hidup yang lebih luas dan mendalam. Hari-hari saya selalu disibukkan dengan survival hudup diri dan keluarga (menghidupi nenek dan ibu). Adalah pak Ketut teman facebook baru saya, tanpa sengaja kita telah mendiskusikan takdir tuhan walau tak sampai klimaks dan mendalam namun isi obrolan itu masih terngiang dan meliarkan pikiran saya kemana-mana. 
17:08 Saya: halo pak …slmat sore
17:08Ketut: selamat sore.apa kabar?
17:08 Saya: saya baik…bapak ini agamanya islam ya
17:09 Ketut: yup kenapa?
17:09 Saya: kok gak nyambung dengan nama ketutnya
17:09 Ketut:aku orang bali yang kebetulan lahir sebagai muslim
17:10 Saya: oh gitu ya…asik …dong…saya jawa tapi pakai nama arab
maka kelihatannya saya islam padahal saya ateis
17:12Ketut: nah, nama tidak menunjukkan apa2 kan?
17:12Saya: iya…nama kita membenarkan apalah arti sebuah nama

Perlu di ketahui itu pula awal chatting saya  dengan Ketut syahruwardi abbas terjadi beberapa bulan lalu di obrolan Facebook. Obrolan dengan Ketut syahruwardi abbas sengaja saya copy paste ini apa adanya. Bagaimanapun ia telah menginsiparasi saya untuk merenungkan kembali pikiran-pikiran yang saya miliki agar lebih difreshkan lagi.
Atau mungkin pula sebaliknya untuk Ketut  He..he.. 
Sungguh teramat asik, obrolan demi obrolan dengan Ketut syahruwardi abbas mengalir santai walau ada arus deras ideologi didalamnya, walau kita baru kenal tapi  terkesan penuh keakraban:

17:13 Ketut: kayaknya santri jadian ama temenku ya?
selamat ya
17:13Saya: jadian dua kali. kemarin sempat putus karna soal debat perubahan
17:15Ketut: hehehe. dia anak yang baik
17:16Saya: saya juga anak yang baik
tapi kebanyakan orang bilang saya bukan anak baik2
17:17Ketut: ukuran baik-buruk sangat tidak mutlak kan?
setiap orang punya ukurannya sendiri2. jadi, aku sih, nggak peduli orang mau bilang baik atau nggak
17:18 Saya: iya tuh …ternyata ukurannya berelasi dengan kekuasaan dan persepsi…sudah keliling pasar saya siaran dimasjid kalo aku nih anak baik2…ternyata…masih aja saya dipersepsikan ank tidak baik2
17:20Ketut: ya rebutlah itu kekuasaan dan bentuk persepsi baru
17:20 Saya: semua sedang berebut termasuk saya
17:21 Ketut : nanti kalau kalah, ya terima saja
17:22 Saya: kalah dan menang rasanya sama saja pak…tak mengubah kehakikian…he,,…he kata siti jenar disini dan disana sama saja rasanya sory
17:22Ketut: itu karena siti jenar belum pernah menang
hehehehe
17:24 Saya: dia sudah menang….pak! menang menurut diri dan kelompoknya
17:24Ketut : lagi2 soal persepsi

Perbincangan diatas berpijak pada “kebenaran adalah persepsi”. jika kebenaran adalah persepsi maka kebenaran itu relatif. Persepsi sepihak bagi yang mempersepsikan. Kebenaran itu relatif berarti kebenaran itu tidak mutlak, hanya berlaku pada ruang dan waktu tertentu. Demikianlah, kira-kira tentang ‘lagi-lagi persepsi’ yang melatari setiap perbedaan cara pandang antara saya dengan pak ketut. perbincangan terus mengalir, sampai kepada “apakah takdir tuhan itu adalah persepsi”? apakah tidakinclude antara nasib yang dialami manusia dengan takdir yang ditentukan tuhan. apakah takdir hanya memuat hal-hal yang berkait dengan kejadian material??

17:25:Saya: Soal definisi kebudayaan dan agama…saya sempat komentar sedikit
jadi malu saya

17:26 Ketut: Kenapa harus malu? saya orsng yang sangat terbuka. saya tidak pernah memutlakkan kebenaran. Karena aku percaya ada tuhan, maka satu2nya yang aku anggap berhak memegang kebenaran mutlak itu hanya tuhan. tapi, ya, sayangnya, tuhan nggak pernah bicara langsung dengan saya. jadi saya nggak tahu kebenaran mutlaknya
17:28Saya: sama…kebenaran itu relatif gara2 ada keyakinan maka kebenaran kelihatannya jadi mutlak
17:29Ketut : bagi aku, yang aku yakini adalah kebenaran (relatif), sedangkan yang lain tidak salah
17:29Saya: Sama sama benar. asalkan tidak saling bertabrakan
17:29Ketut: Tidak salah, bukan “benar”. tidak selalu benar
17:30Saya: tidak selalu benar itu keraguan
17:30Ketut:gak masalah untuk ragu kan?
17:31 Saya: Ragu yang cipatakan tuhan juga
17:31Ketut: aku menganggap yang aku yakini benar itu benar. sedangkan yang lain “tidak salah”
17:31 Saya: yang ateis ciptakan tuhan juga
17:31Ketut: Paradoks: ateis diciptakan tuhan?
17:32Saya: sama dengan iblis yang nyiptakan tuhan juga kan?
hoirihi wasarrihi minallahi ta`ala
17:32 Saya:Lho, keyakinan ateis kok dihubungkan dengan tuhan?
17:33 Saya: bukankah tuhan adalah maha pencipta?
17:33Ketut: bukankah ateis meyakini kebetulan2 dan meniadakan tangan tuhan?
17:34Saya: bukan kah segala yang terpikir dan yang sudah terpikir adalah takdirnya
17:34Ketut: you ateis atau nggak sih? atau hanya setengah ateis?
17:35Saya: Bukankah takdir ada lah ciptaan tuhan. Menurut pak ketut saya dipersepsikan apa? 
17:39Ketut:bagi saya, takdir itu hanya berkaitan dengan hal2 yang bersifat materi
ingat surat yasin: dan bumi berputar pada porosnya, itulah takdir allah
17:39Saya: atas dasar apa tafsir demikian itu?
17:40Ketut:lihatlah di al quran, semua kata takdir dikaitkan dengan materi
kalau kita menanam padi maka pasti tumbuh padi
itulah takdir tidak ada hubungannya dengan “nasib” yang kita pahami
takdir adalah hukum besi, kepastian allah yang menjadikan hidup kita lebih terjamin kepastiannya kalau kita mencampur dua hidrogen dengan satu oksigen, pasti akan menjadi uap air tidak akan tiba2 menjadi batu. begitu seterusnya. itulah takdir, menurut aku
17:44Saya: Ok. itu menurut pak ketut. tapi menurut saya, seingat saya  bahwa takdir kita telah ditentukan mulai dalam rahim…sampai di alam kubur.

.....Dan menurut para pembaca, apa itu takdir? bila saya adalah atheis apakah itu juga bagian dari takdir Tuhan?

 Blinkie Graphics Generator at TextSpace.net

27 Sep 2011



Biarkan Dunia beriuh rendah dengan Bualan_nya...


  • Tp aku mjd tau bhw sangat tdk menarik dan sama sekali tidak ada kenikmatan yg jadi Penggoda.
    Silahkan..
    Silahkan Dunia merencanakan Peperangan dan perusakan Bumi.
    Silahkan merancang kebesaran ked...uniaan sampai ke titik dan level manapun.
    Ambil..
    Ambil_Lah semua dan matilah engkau di dalam ketidaktahuanMu bagaimana memperlakukan Dunia di tengah masarakat planet paling bawah ini.,
    sehingga pertimbangan ManagementMu terbalik antara kepala dg dengkul.
    Silahkan Sll mentertawakanku,,melecehkanku, membuangku.
    TeTapi engkau Wahai Dunia tidak akan sedikitpun pernah mampu mengubah sejengkal saja kakiku dari pijakan nilai yang akan kupilih.
    Kalian tidak akan pernah bisa memusnahkanku, karna aku sudah merdeka dari kemusnahan dan sukses., sudah merdeka dari yg kalian pahami tentang kehidupan dan kematian Dunia.
    Jiwaku tak bisa kalian lukai dg kebencian,,
    Jiwaku tak bs kalian curi dg kecurangan dan kecongkakkanMu atasKu.
    ,,
    ketahuilah Wahai Dunia...
    Engkau tidak akan pernah mampu mengusir dan membuangKu.,,karna setiap daerah pengusiran dan wilayah pembuangan adalah bagian dari wilayah teritorial jiwaKu.
    ,,
    Silahkan Kau buang aKu,, Kau usir,, Kau Rendahkan.
    ,
    Karna di buang adalah lbh mulia daripada membuang,
    Di usir adl lbh Mulia dari mengusir,,
    Di rendahkan adl lbh arif daripada merendah_kan
    ,,
    Dan Engkau Wahai Dunia,,,akan bisa GiLa jika Aku yang merendahkanMu.
    From Syai Berdarah

26 Sep 2011

Dahsatnya Ber-C. I. N. T. A di Facebook


 Inilah petualangan cinta (maknai pengalaman saja) yang lebih heboh dari pengalaman cinta biasanya. Cintaku yang bersemi dalam dunia pesbuk ini, memang maya, tapi ia begitu nyata aku rasakan. CInta hanya cukup dipesbuk memberikan keanehan, keasikan2, yang sungguh lain dan itu nyata saya rasakan dalam hati. Efek bercinta di facebook benar-benar menjadikan hari-hariku penuh dengan asmara tanpa tepi.
Sengaja aku membiarkan diri tak perlu ketemu perempuan yang bernama luna (fiktif) empat mata, karena aku sadar. jika cinta maya ini dinyatakan dalam realita fisik pasti hanya akan membunuh dan melenyapkan cinta yang sedang tumbuh mekar-mekarnya dan begitu dahsat ini.
Tak terhitung jumlahnya, hampir setiap hari koleksi album-album fotonya yang lumayan cantik ku pelototi. Hasrat diri selalu mendorong agar segera menemuinya. Bukan pula jika didunia nyata diriku tak pantas buatnya, menurut aku, dia dan aku pasangan serasi. Namun aku ingin merawat, memelihara, agar tetap bertahan dalam satu c..i..n..t..a..hanya difacebook saja. Sekali lagi, aku tak ingin menodai cinta dunia maya yang seru ini dihambarkan karena hasrat diriku dan hasratnya untuk menyatu dalam cinta didunia nyata.


20:00
Luna
lama banget tgl 15 ya, syg?
pelajaran pertama : sabar
20:01
Santri sabar iitu bisa banyak rejekinya, lo yang? xixixi
20:02
Luna
itu efek samping kesabaran
20:03
Santri
kesabaran itu bisa bikin rindu bertambah panjang
dan bertambah penderiataan menanggung rindu
20:06
Luna
namanya juga perjuangan, ya emang menderita, tapi semua penderitaan ada bayarannya, ada pelajaran yang bisa dipetik, hanya dengan cara ini kita bisa bertumbuh dewasa.
20:06
Santri
lunaaaaaaaa! sygg!!
20:06
Luna
orang yang menolak pengalaman atau tak mau mengalami tidak akan jadi dewasa/berkembang
20:07
Santri
duh nyonya saiful………rek..
ibu dari anakku terhebat.pinter bgt!
20:07
Santri
kalo perlu pake acara mati segala
saking menderitanya
gak apa2 dialami aja
nanti juga kalo udah bosan mati, bakal hidup sendiri, percaya deh.
20:09
Santri
aku gak bisa buka wallku jadi gak bisa lht kirimanmu
20:10
Santri
aku juga ngga tau apa kirimanku bisa nyampe
20:11
kirimanku udah nyampe di wallmu
20:11
Santri
nyampek…udah tak lihat di notifikasi
20:11
Luna aku kirim puisi lagi
semoga cocok lagi
20:12
Santri
perlu dibaca sekarang?
20:12
Luna
baca aja
20:13
Santril
terkirim satu aja
20:13
Luna
kalau kenginan kita bisa selaras dengan kehendakNya maka kita tak akan gagal
20:13
Santri
aku jd tergetar membaca puisimu syg!….: “Biarkanlah keinginanMu menjadi hasratku, Biarkanlah kehendakMu menjadi lakuku, Biarkanlah untaian kataMu menjadi ucapanku,Biarkanlah cintaMu menjadi keyakinanku, Biarkanlah tanaman merebakkan bebungaanMu, Biarkanlah buahku menghasilkan benihMu, Biarkanlah hatiku denting kecapiMu,Dan tubuhku buluh serulingMu.
20:14
itulah dia...
20:15
Luna
kita adalah para sufi itu, tak tak tersekat, kita orang bebas
bebas menjalani kehendak Ilahi
20:17
Santri
jd gr nih aku
20:18
Luna
kita selaraskan hasrat dan keinginan kita dengan kehendak Ilahi, tak akan gagal
20:19
Santri
jangan lupa cinta kita asapi dengan kemenyan dan dupa
20:20
Santri
gmn menurutmu
20:20
Luna
bisa juga
20:20
Santri
aku tuh kalo dah cium bau kemnyan
rasa itu jd transedental..cinta kekal disana dan disini jadi sama!!
20:20
Santri
pokonya kita jalani dengan gembira
he..he..dengerin lagunya …jika kami bersama
20:24
Luna
iya sedang aku putar
20:25
Santri
lagu ceria…..dan cocok dah
tangan dikepal diatas
20:25
Luna
kita jalani hubungan ini dengan ceria, jangan dibawa ruwet, gokil aja lagi………….
cucok banget kan?
20:26
Santri
iya……banget
jangan diruwetkan oleh tradisi yang membodohkan kita
20:27
Luna
itulah kita dobrak aja
20:27
Santri
itu berarti bahaya bagi yang lainnya
20:28
Luna
energi keceriaan
hidup memang berbahaya, baru tau ya?
20:29
Santri
dah tahu…tapi hubungan cinta itu berbahaya bg yg lainnya itu aku br tahu
apa km dah sering ??
20:29
Luna
terserah bagi yg lain mau bahaya atau ngga, yg penting kita berdua menikmati
------------------------------------------------------->>
Ah…betapa indahnya itu…ah…betapa dahsatnya…jika itu benar2 terjadi pada diriku, betapa kerennya aku. Petualangan baru, yg tak akan pernah ada pada jaman dahulu kala. Pasti pengarang romeo juliet, khais-laila, the titanic,dll, akan iri karena cerita-cerita mereka sudah ketinggalan tekhnologi.sayang seribu sayang  semua diatas hanya hayalan saja. Cerita diatas fiktif belaka.  Semoga aku tak tergoda untuk mencoba hayalan yang kurangkai sendiri tersebut. Semoga pula kisah fiksi ini tidak mengispirasi teman-teman untuk bereksperimen, “bertahan Hanya Satu C.i.N.t.A di Facebook”. Salam sayang dariku untuk semua teman-teman kompasianer!

Nenek Tua dan Gerobak Tua: Hidup adalah Perjuangan Tanpa Henti



Menjadi Mbah sholeh seperti sekarang, dengan kaki pincang dan suami yang sakit-sakitan, bukanlah kemauannya pada waktu muda. Mbah Sholeh yang terlahir sebagai putri pasangan keluarga miskin ini, masa mudanya dilalui dengan menjadi gadis perkasa bekerja keras meraih masa depan. Namun nasib berbicara lain. Lima tahun setelah  menikah, anak semata wayangnya meninggalkan dia untuk selama-lamanya, Mbah Sholeh muda pernah mengadu nasib merantau ke Kecamatan Muncar Banyuwangi (kota paling timur di Jawa Timur). Di sana Ia berjualan Erok-erok (tahu petis) dan jagung bakar selama tiga tahun. Tapi hasilnya hanya cukup untuk dimakan sendirian. Dia merasa, kerja merantau tidak membawa hasil, lalu memutuskan kembali ke dusun Sumberjo - Glundengan (dusun asli tempat tinggalnya).  Kegagalan mengubah garis nasib ditanah rantau tidak menjadikan Mbah Sholeh putus asa. Berusaha dan berdoa'a adalah jalan yang harus ditempuhnya sebagai seorang muslim. Walau masa depan baginya masih suram, Mbah Sholeh muda terus saja berusaha bekerja apapun, kerja serabutan, yang penting halal. Pernah bekerja berjualan biji dawet keliling. Dan disela waktu lain Mbah Soleh muda berjualan pakaian bekas dan lain-lain. Dari kerja serabutan ini Mbah Sholeh muda mendapatkan penghasilan tiga ribu lima ratus rupiah per hari. Lumayan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan suami tercintanya. Namun keadaan nyaman ini tidak berlangsung lama. Untuk mengatasi kemiskinan absolutnya (abadi), Mbah Sholeh muda menjadi buruh gudang tembakau dengan gaji seribu lima ratus rupiah per hari. Tapi tak berselang lama, dia di PHK musiman oleh perusahaannya.  Karena tidak terbiasa menganggur, akhirnya Mbah Sholeh coba-coba berjualan sayur-mayur pakai keranjang bambu dengan dijunjung diatas kepanya berkeliling dusun Sumberjo. Bukan hanya dusun Sumberjo Mbah juga sering berjualan di dusun tetangga yang jaraknya 3 km dari dusun Sumberjo. Hmm bukan jarak yang dekat ditempuh dengan hanya berjalan kaki.  Modal awalnya dari menjual seluruh pakaian bekas yang dipunyainya. Keadaan ini bertahan cukup lama.  Hingga pada suatu hari kesialan menimpa Mbah Sholeh. Alas keranjang bambu satu-satunya yang ada diatas kepalanya jebol tak kuat menyangga beban barang dagangannya. Mbah Sholeh mengisahkan, "Setelah keranjang tempat nasi itu jebol, oleh tetangga diberikan (gratis) keranjang yang sudah kotor sekali! Ini Mbah Sol, keranjang sayur!. Besok jualan lagi ya,? Iya! jawab Mbah Sholeh"  Keuntungan sedikit dari berjualan sayur memakai keranjang ini oleh Mbah Sholeh dibelikan beras dimasak bersama suaminya. Mbah Sholeh berkisah,  "Uang itu saya belanjakan beras seperempat kilogram, lalu dimasak dengan suami Mbah, itupun Mbah sudah seneng le, meski Mbah gak punya anak. Setelah itu besoknya Mbah buat kulakan sayur lima ikat, dua ikat lalu dijual di sekitar daerah tetangga. saat Mbah berjualan, keranjang jualan tumpah ruah, lantaran kaki Mbah terantuk batu. Mbah jatuh di depan rumah Bu Sarinah. Berantakan, ikan laut didalamnya yang hanya ada tiga rantang juga ikut berantakan. Nyeri sekali! Sampai rumah Haji Sukur Mbah di naikkan becak. Tukang becaknya gak mau dikasih ongkosnya."  Fatal kecelakaan itu membuat kaki kiri Mbah Sholeh bengkak. Terpaksa dia harus beristirahat sejenak dirumah. Belum sembuh benar sakitnya, ia bergegas lagi berjualan sayur.Lantaran kakinya yang masih belum kuat benar, dia berjalan sering terjatuh. Akibatnya kaki si-Mbah yang sebelah kiri cacat permanen sampai sekarang. Seseorang sering melihat Mbah Sholeh saat berjalan  menjinjing keranjang sayur dengan kaki sebelahnya yang terseok-seok. Seseorang itu tak tega, lalu memuatkan gerobak dorong terbuat dari bambu  untuk Mbah Sholeh tanpa meminta imbalan sedikitpun. Sejak saat itu Mbah Sholeh tak lagi berjualan dengan menjunjung keranjang bambu. Dan si Mbah tidak sering jatuh lagi. Senang sekali Mbah Sholeh. Ia bisa menambahkan isi dan jenis barang dagangannya sesuai dengan kapasitas gerobak bambu barunya. Namun sayang seribu sayang, uang yang demilikinya terlampau sedikit untuk mengisi gerobak bambunya dengan bermacam-macam barang dagangan. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit,  Mbah Sholeh berusaha terus memupuk modal jualannya. Akhirnya, harapan untuk menambahkan isi dan jenis barang dagangan itu terpenuhi. Gerobak bambu itupun muatannya penuh dengan berbagai macam jenis makanan dan sayuran. Betapa bangga Mbah Sholeh telah mampu berubah menjadi demikian. Dengan semangat baru, gerobak bambunya terus saja didorong, tak peduli melewati cuaca panas dan hujan. Boleh saja, Mbah Sholeh tak peduli dengan  kesehatan tubuhnya yang terus menurun, tetapi, geobak bambunya mulai tidak mau diajak kompromi menemaninya memuat barang jualannya bertumpuk tumpuk setiap hari. Sepertiya gerobak bambu itu pun mulai protes, "Kekuatanku (gerobak bambu) ada batasnya Mbah Sol!!".  Hehehe..dan gerobak bambu reot itu mulai rewel setiap kali didorong. Gerobak bambunya sering berbunyi, "kriek-kriek-kriek!!"  Untungnya ada Mas Bari yang melihat (Mas Bari itu tetangga Mbah Sholeh yang sehari harinya menjadi tukang las listrik) kalau bahwa gerobak bambu Mbah Sholeh tidak lagi layak pakai. Lalu Mas Bari memanggil Si Embah dan menawarkan jasanya agar bambu-bambu yang reot itu diganti dengan jeruji besi. "Mengenai biaya diangsur semampunya aja Mbah", Kata Mas Bari.  Tanpa pikir panjang  tawaran Mas Bari disepakati oleh Mbah Sholeh. Kini Mbah Sholeh sedikit lebih senang. Gerobaknya sudah terbuat dari besi. Sudah lebih kokoh dari gerobak bambu sebelumyai. Dan barang dagangannya juga bertambah banyak. Pelanggannya sudah lumayan banyak. "Alhamdulillah!!" "Sekarang apa lagi yang Mbah inginkan dalam hidup ini ?", tanyaku membatin. Lamat lamat ia terlihat berlalu mendorong gerobak sayurnya. Kata temanku, Mbah Soleh masih pingin memperbaiki rumah yang sudah reot itu. Tetap setia merawat suaminya yang sering sakit-sakitan dengan sebaik-baiknya. Sampai tulisan ini dibuat, usia gerobak sayur Mbah Sholeh sudah berusia tiga tahun! Itu termasuk sudah tua, alias kuno. Sementara teknologi baru terus datajng silih berganti menyaingi gerobak sayur Mbah Sholeh. Belum lagi Supermarket, Mall, dll, yang siap menggerus konsumen Mbah Sholeh. Terus gimana yach, Mbah Sholeh menyikapi keadaan sulit itu? Dorong terus, maju terus ..! ya mbah? :D  "Hidup adalah perjuangan tanpa henti - henti. Usah kau menangisi hari kemarin. Hidup adalah perjuangan. Bukanlah arah dan tujuan. Hidup adalah perjalanan..." (DEWA)    

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More